Total Tayangan Halaman

Minggu, 30 Oktober 2011

Permasalahan Transportasi di Kota Surabaya



Permasalahan Transportasi di Kota Surabaya

Transportasi diartikan sebagai usaha memindahkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Dari pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa transportasi merupakan sebuah proses yakni proses pindah, proses gerak, dan mengalihkan dimana proses ini tidak bisa dilepaskan dari sarana dan prasarana untuk menjamin lancarnya proses perpindahan sesuai dengan waktu yang diinginkan.
Sebagai salah satu infrastruktur dasar di suatu wilayah, sarana dan prasarana transportasi diharapkan menjadi pemicu akan adanya perkembangan suatu wilayah. Tetapi ada kalanya perkembangan suatu kota menjadi lebih cepat dibandingkan dengan fasilitas transportasi. Kenyataan itulah yang menyebabkan timbulnya permasalahan transportasi.
Inti persoalan lalu lintas menurut Buchanan adalah warisan sistem jalan, aksesibilitas, lingkungan, mobilitas, lalu lintas pejalan dan benturan kepentingan. Sedangkan permasalahan umum dalam transportasi adalah demand yang lebih besar daripada supply (demand>supply), lingkungan, pendanaan, pengawasan dan ketegasan hukum.
Permasalahan transportasi tersebut sering kali diakibatkan oleh perencanaan transportasi itu sendiri. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam perkiraan perkembangan wilayah kota sehingga terjadi kesalahan dalam perencanaan prasarana dan sarana transportasi.
Perkembangan akan permintaan kebutuhan transportasi terus berkembang pesat, sedangkan perkembangan penyediaan layanan fasilitas transportasi perkotaan sangat rendah. Pada umumnya, permasalahan transportasi kota terletak pada permasalahan kemacetan lalu lintas dan sistem angkutan umum. Keduanya mempengaruhi mobilitas penduduk. Ketidak efisiensi dan efektiftas dalam penggunaan sistem angkutan umum yang ada mengakibatkan aksesbilitas dan mobilitas terganggu sehingga terjadi kemacetan lalu lintas. Masalah lalu lintas tersebut menimbulkan kerugian yang besar pada pemakai jalan, terutama dalam hal pemborosan bahan bakar, efisiensi waktu, dan rendahnya tingkat kenyamanan. Surabaya sebagai kota besar di Indonesia juga menghadapi permasalahan dan tantangan dalam aspek transportasi. Kemacetan lalu lintas merupakan permasalahan yang terjadi akibat tingkat mobilitas dan aksesbilitas penduduk yang tinggi. Mayoritas kota-kota besar di Indonesia mengalami permasalahan yang serupa.
Fakta Kemacetan Lalu Lintas di Kota Surabaya

Sebagai kawasan Surabaya Metroplitan Area, Surabaya merupakan pusat kegiatan perdagangan barang dan jasa, industri, maupun pemerintahan. Pertumbuhan ekonomi yang pesat menyebabkan tingkat pergerakan penduduk semakin meningkat. Peningkatan mobilitas penduduk tersebut menyebabkan peningkatan terhadap penggunaan kendaraan bermotor. Namun, hal tersebut tidak diimbangi dengan pertambahan panjang jalan. Pada akhirnya, kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya titik-titik kemacetan di sebagian besar jalan di Kota Surabaya. Titik kemacetan yang terjadi biasanya terdapat di jalan dimana menjadi penghubung antara pusat kota dengan daerah su-urban seperti di Jalan Ahmad Yani Surabaya.
Panjang jalan di kota Surabaya sendiri pada tahun 2003 mencapai 1.067, 36 kilometer meningkat menjadi 2.035,95 kilometer pada tahun 2007. Sedangkan jumlah kepemilikan kendaraan bermotor di Surabaya pada tahun 2003 mencapai 1.000.042 unit meningkat menjadi 2.447.368 unit pada tahun 2007 (Husna, Racmandita, 2007). Berdasarkan data tersebut maka pertumbuhan panjang jalan hanya mencapai 0,6 % dari pertumbuhan jumlah kepemilikan kendaraan bermotor di kota Surabaya (analisa penulis, 2011).  Hal tersebut menggambarkan bahwa kondisi kemacetan lalu lintas yang terjadi diakibatkan oleh kurangnya infrastruktur dalam hal ini jalan raya yang tidak memadai.
Selain itu, kemacetan yang terjadi juga disebabkan terjadinya peningkatan volume lalu lintas di sepanjang ruas jalan utama Kota Surabaya. Volume lalu lintas yang dapat dilihat peningkatannya secara signifkan terjadi di Jalan Ahmad Yani. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar Perbandingan Volume Lalu Lintas
di Ruas Jalan Utama Kota Surabaya
(Sumber : Dishub Surabaya, 2006 dalam Racmandita 2009)
Jalan Ahmad Yani selain berfungsi sebagai jalan propinsi juga merupakan jalan arteri primer. Berdasarkan gambar diatas, Jalan Ahmad Yani dapat menggambarkan kemacetan lalu lintas yang menghubungkan pusat Kota Surabaya dengan daerah sub-urban (pinggiran kota).
Peningkatan volume lalu lintas yang terdapat di Jalan Ahmad Yani terjadi dalam tiga waktu yaitu pada puncak pagi hari, siang hari, dan sore hari. Pada waktu puncak tersebut merupakan terjadinya mobilitas penduduk tertinggi yang terjadi setiap harinya. Berikut ini merupakan gambaran volume lalu lintas di Jalan Ahmad Yani dari tahun 2006 hingga tahun 2013.
Gambar Perkembangan Volume Lalu Lintas
di Jalan Ahmad Yani Tahun 2006, 2008, 2013
(Sumber : Dishub Surabaya, 2006 dalam Racmandita 2009)
Berdasarkan gambaran di atas menunjukkan bahwa Jalan Ahmad Yani pada tahun 2006 sampai 2013 akan mengalami peningkatan volume lalu lintas pada jam-jam puncak. Peningkatan tersebut sebesar 6.649 satuan mobil penumpang pada jam puncak pagi hari, 6.404 satuan mobil penumpang jam puncak siang hari dan 6.954 satuan mobil penumpang pada jam puncak sore hari.







Identifikasi Kemacetan Lalu Lintas Kota Surabaya

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dan kondisi eksisting di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan kemacetan lalu lintas kota Surabaya yaitu sebagai berikut :

A. Akibat perkembangan Kota Surabaya yang semakin meluas, pola penggunaan lahan pun juga tersebar menyebabkan mobilitas penduduk yang semakin tinggi. Mayoritas penduduk yang melakukan mobilitas adalah mereka yang bekerja di dalam maupun di luar kota, begitu juga sebaliknya (pekerja ulang-alik). Semakin jauh dari pusat aktivitas kota maka semakin jauh pula jarak penduduk untuk menjangkaunya.
B. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di perkotaan menyebabkan pemenuhan akan kebutuhan mobilitas juga semakin meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan jumlah kepemilikan kendaraan bermotor, khususnya kendaraan pribadi. Ditambah lagi kecenderungan penduduk kota Surabaya lebih suka memakai kendaraan pribadi daripada kendaraan umum. Akibatnya, terjadi penurunan efisiensi penggunaan sarana jaringan jalan yang semakin menyulitkan untuk mengurangi kemacetan.

C.  Buruknya sistem transportasi dan manajemen lalu lintas Kota Surabaya. Seiring dengan meningkatnya permintaan jasa pelayanan transportasi tidak diimbangi dengan penyediaan fasilitas saran dan prasarana transportasi seperti penambahan kapasitas jalan dan penyediaan angkutan umum. Menurunnya penggunaan angkutan umum pada masyrakat Surabaya dikarenakan tingkat pelayanan angkutan umum yang rendah terkait dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai, aksesbilitas dan efesiensi waktu yang lama, jumlah kapasitas angkut yang minimalis, sistem jaringan yang kurang memadai serta tingkat kenyamanan yang rendah pula.

Berdasarkan identifikasi dari permasalahan tersebut, kemacetan lalu lintas di Kota Surabaya perlu diatasi secara komprehensif. Alternatif pemecahan masalah dapat menggunakan bentuk kajian sistem transportasi secara makro. Sistem transportasi secara makro mengintegrasikan antara kebutuhan, sarana dan prasarana rekayasa dan manajemen lalu lintas serta sistem kelembagaan. Untuk menjamin kebutuhan dan pelyanan terhadap transportasi pemerintah perlu menciptakan sistem transportasi perkotaan yang terpadu.

Kesimpulan

1. Salah satu dampak pengembangan kota Surabaya adalah permasalahan transportasi, khususnya kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas yang terjadi di Surabaya dapat digambarkan pada Jalan Ahmad Yani karena jalan tersebut merupakan jalan yang menghubungkan pusat kota Surabaya dengan daerah sub-urban. Indikator yang dapat dijadikan ukuran kemacetan lalu lintas pada Jalan Ahmad Yani adalah volume lalu lintas yang terjadi pada jam puncak pagi, siang, dan sore hari. Selain itu, kemacetan lalu lintas ditambah tidak seimbangnya sarana dan prasarana (kapasitas jalan, model angkutan umum, fasilitas jalan) dengan jumlah kepemilikian kendaraan bermotor pribadi.
2. Dalam mengatasi permaslahan transportasi diperlukan upaya dalam jangka waktu yang pendek, menegah dan panjang. Hal tersebut dikarenakan, permasalahan transportasi akan muncul seiring dengan peningkatan terhadap kebutuhan transportasi di dalam perkotaan.
3. Untuk strategi pengembangan sistem transportasi perkotaan yang terpadu maka diperlukan perencanaan peningkatan sarana dan prasarana transportasi yang memadai dan sistem manajemen lalu lintas yang harus terintegrasi. Selain itu, perlu tersedia lembaga yang mengelola dalam pemenuhan dan pelayanan kebutuhan akan transportasi.
4. Dalam rangka pengalihan penggunaan kendaraan pribadi ke kendaraan umum perlunya kebijakan yang dapat menghambat penggunaan kendaraan pribadi. Namun, hal tersbut juga harus diimbangi oleh peningkatan pelayanan kualitas angkutan umum baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
5. Penggunaan kendaraaan pribadi secara tidak efisien dan efektif ternyata menimbulkan kemacetan lalu lintas. Selain itu, secara tidak langsung ini merugikan bagi diri sendiri termasuk dalam pemborosan bahan bakar, efisiensi waktu, kesehatan dan mencemari lingkungan.

2 komentar:

  1. mantab gan...sangat kompleks sekali tentang transportasi di surabaya...

    BalasHapus
  2. lanjutkan ,,, namun terlalu umum untuk problematika transportasi di surabaya

    BalasHapus